Petani Buah Naga di Gianyar Berkibar Saat Pandemi
GOOGLE NEWS
BERITAGIANYAR.COM, UBUD.
Sektor pertanian justru berkibar di saat sektor pariwisata memang terpuruk saat pandemi Covid-19 melanda.
Salah satu petani yang kecipratan rejeki meski pandemi adalah I Gede Wahyu, 44, warga Banjar Kesian, Desa Lebih, Kecamatan Gianyar. Bersama keluarganya, Gede Wahyu mencoba mengembangkan pertanian buah naga sejak Tahun 2018.
Selama setahun penantian, akhir Tahun 2019 buah naga hasil panen mulai dijual ke pasaran. Peminatnya cukup antusias, apalagi distribusi buah dari luar Bali dibatasi. Membuatnya leluasa menjajal pasar buah di Bali, khususnya Gianyar, Klungkung, Denpasar dan Badung.
"Justru pandemi ini petani buah Naga kelompok tani Kubuahi ini berkibar," ujarnya saat ditemui Selasa (6/7).
Bibit buah naga didatangkan dari Banyuwangi, Jawa Timur. Sampai di Bali, dirawat dengan konsep pertanian organik. Pada lahan seluas 98 are, kelompok Tani ini sudah memasang sekitar 550 titik lampu.
Tujuannya agar tanaman buah naga mendapatkan penyinaran yang maksimal. Karena hal ini berpengaruh pada peningkatan hasil panen.
"Jika diakumulasikan, panen kita per bulan sekitar 1,5 ton. Harga stabil Rp 20.000 per kg," ujarnya.
Saking banyaknya penggunaan lampu, biaya listrik kebun organik berdaya listrik 7.700 VA ini mencapai Rp 1 juta per 10 hari. Modal awal pemasangan 200 lampu, katanya sekitar Rp 40 juta. Ternyata, penyinaran meningkatkan hasil panen sehingga Rp 40 juta tersebut balik modal dalam waktu singkat.
Maka itu, pihaknya sangat ingin menambah lampu lagi untuk 63 are sisanya. "Ada yang belum isi lampu, perlahan akan kita tambah," ujarnya.
Untuk pemasaran buah naga organik ini langsung ke toko buah kawasan Gianyar, Klungkung, Denpasar dan Badung. "Di Badung, buah fresh kita diolah menjadi kripik buah naga untuk eksport. Kalau ekspor buah naga fresh belum, karena melayani permintaan dari toko saja kita sudah kewalahan," ujarnya.
Editor: Robby Patria
Reporter: bbn/Gin