search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Agrowisata di Sakah Kewalahan Penuhi Permintaan Konsumen
Senin, 12 Juli 2021, 14:05 WITA Follow
image

beritabali/ist/Produk madu kele-kele dari Agrowisata Royal Honey Sakah.

IKUTI BERITAGIANYAR.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITAGIANYAR.COM, UBUD.

I Wayan Wahyudi, pemilik Agrowisata Royal Honey Sakah yang produksi madu kele-kele, di Banjar Sakah, Desa Batuan Kaler, Kecamatan Sukawati juga membuka layanan edukasi terkait proses beternak lebah hingga menghasilkan madu. 

Ia mengungkapkan produksi madunya semakin diburu saat pandemi Covid-19 karena madu diyakini dapat meningkatkan imunitas tubuh dan kaya akan vitamin C. Sehingga pelanggan agrowisata ini tidak hanya tenaga kesehatan, pasien Covid-19, juga masyarakat umum yang komitmen menjaga kesehatannya. 

"Jadi setiap pelanggan atau pembeli yang datang, biasanya saya ajak berkeliling. Agar mereka paham apa yang dikonsumsi maupun yang dijual ke konsumen," jelas Dosen mata kuliah Taksonomi hewan Jurusan Biologi UNHI Denpasar yang baru-baru ini meraih gelar Doktor ini, Minggu (12/7/2021). 

Lokasinya yang strategis pada jalur pariwisata diyakini agrowisata madu ini semakin diburu oleh masyarakat. "Tamu dari Pasar Seni bisa singgah ke sini. Beli madu, sekalian dapat edukasi. Biar orang paham keanekaragaman jenis lebah di Indonesia," jelas warga Banjar Batuaji, Desa Batubulan Kangin, Kecamatan Sukawati kelahiran 10 Agustus 1986 ini. 

Hampir 1,5 tahun masa pandemi, kata Wahyudi permintaan madu semakin tinggi. Bahkan Wahyudi mengaku kewalahan produksi. 

"Kita kewalahan stok. Terutama madu levis lokal. Untuk memenuhi permintaan, kita kerjasama dengan petani lebah di Bali dan luar Bali," jelasnya. 

Terbatasnya stok madu, karena madu bisa dipanen secara musiman. Dalam sebulan rata-rata memproduksi sekitar 500 Kilogram madu. Dari jumlah tersebut, madu yang dihasilkan bervariasi. 

"Tergantung kadar air dan masa jenis madu. Misalnya madu lebah seberat 1 Kilogram bisa jadi mendapatkan 800 liter sampai 850 liter levis," jelas lulusan S3 Ilmu Peternakan Unud ini. 

Untuk menyiasati, Wahyudi menyediakan pakan lebah berupa tanaman berbunga yang mencukupi. Selain itu, Wahyudi juga terus melakukan penambahan koloni-koloni baru dari kotak pembudidayaan ke kotak siap panen. 

Wahyudi tidak sendiri, suami dari Ni Wayan Purwati ini memiliki cukup banyak reseller di seluruh Bali. 

Melihat tingginya permintaan, Wahyudi memperkirakan omzet per bulan Agrowisata ini pada kisaran angka puluhan juta rupiah. "Ya lumayan lah, kisaran puluhan juta," ujarnya. 

Yang tak kalah penting, Wahyudi memastikan produk madunya sudah mengantongi perizinan lengkap termasuk sudah lolos uji lab. "Untuk konsumen aman, saya garansi," ujarnya. 

Ada dua kemasan madu yang dijual ke pasaran. Ukuran 500 ml seharga Rp 400.000 dan ukuran 250 ml seharga Rp 200.000. Wahyudi sendiri mengawali bisnis madu sejak 2017. 

"Dulu saya ngebolang, keliling cari madu di Karangasem. Tahun 2018 masih merintis. Baru Februari 2020 lalu buka lahan disini. Luasnya sekitar 10 are. Dulunya semak belukar, saya tata," jelasnya. 

Sebelum beternak lebah, Wahyudi terlebih dahulu mempelajari jenis hama yang berkeliaran di lokasi. Setelah itu, Wahyudi membuat vegetasi yakni tanaman bunga sebagai pakan lebah. 

"Kele-kele perlu makan setiap hari, maka ketersediaan pakan harus tersedia setiap hari. Jenis tanaman bunganya seperti xanthos, batavia, porana. Kalau mau banyak madu, banyak tanam bunga yang mengandung nektar. Jadi harus selektif juga," imbuhnya. 

Adapun beberapa jenis lebah yang dibudidayakan antara lain : Heterotrigona itama, Lebah Apis cerana (nyawan Bali), Lebah Trigona (Kele-kele), Tetragonula biroi dan Genio trigona thoracica. "Kendalanya cuma satu, harus sabar. Sabar menunggu tanaman berbunga, bagaimana mengatasi hama. Karena serangan semut jenis "semaluh" dan cicak tidak bisa dianggap sepele. 

Koloni yang lemah akan cepat diserang semaluh. Begitu juga cicak, karena kele-kele itu memang makanan dari cicak. Dia stand by di pintu masuk, hinggap mangsa. Koloni jadinya tidak bisa berkembang," jelasnya. 

Selain madu, sengatan lebah miliknya juga sering dicari untuk menyembuhkan penyakit rematik. "Namanya apis puntur. Jadi saya juga sekaligus kayak dokter, karena banyak yang konsultasi," jelasnya. 

Beternak madu sejatinya menjadi media hiburan bagi Wahyudi. Pekerjaan utamanya sebagai dosen biologi di Universitas Hindu Indonesia (UNHI) Denpasar. Namun kini menjadi penghasilan utama. Wahyudi juga memperkaya kelimuannya pada program doktor ilmu peternakan Unud. 

"Kuliah S3 hanya bermodal Rp 16 juta dan keyakinan," jelasnya. 

Beruntung setelah berjalan, Wahyudi ikut dan lolos beasiswa LPDP beasiswa unggulan dosen dalam negeri.

Editor: Robby Patria

Reporter: bbn/Gin

Banner

Iklan Sponsor



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritagianyar.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Gianyar.
Ikuti kami