search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Pasutri Tuna Netra di Saba, Tetap Bekerja Dalam Keterbatasan
Rabu, 4 Agustus 2021, 21:20 WITA Follow
image

beritabali/ist/Pasangan suami istri penyandang disabilitas tuna netra di Saba, Gianyar.

IKUTI BERITAGIANYAR.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITAGIANYAR.COM, UBUD.

Pasangan suami istri penyandang disabilitas tuna netra di Banjar Saba, Desa Saba, Kecamatan Blahbatuh tetap semangat bertahan hidup meski dalam kondisi keterbatasan. 

Sang suami I Wayan Warka, 54, tetap bekerja mengangkut air. Sedangkan istri Ni Made Tangen, 35, tetap mejejahitan membuat tatakan canang. Selain bertahan hidup, pasutri ini juga bekerja demi membesarkan buah hati semata wayangnya I Wayan Widiasa, 10. 

Ditemui di kediamannya, Rabu (4/8) Ni Made Tangen tampak telaten mejejahitan meski tidak melihat. Made Tangen mengaku sudah punya pelanggan tetap. Setiap hari mendapat pesanan tatakan canang berbahan janur.

Hanya saja, hasil mejejahitan tidak seberapa. Kisaran Rp 5.000 sampai Rp 10.000 per hari. Demikian pula sangat suami, hanya mendapatkan nilai tukar air sekitar Rp 2.000 per ember. Meski sedikit, pasutri ini tetap bekerja. 

"Kami tidak mungkin berdiam diri. Kami lakukan apa yang bisa kami usahakan," ungkap Made Tangen. 

Warka yang masih bisa melihat samar-samar itu setiap hari bekerja mengangkut air dari kelebutan (sumber air) untuk disalurkan ke rumah-rumah warga. Cara yang dilakukan Warka tergolong konvensional, yakni mengangkut air menggunakan ember lalu dibawa ke rumah-rumah penduduk yang memerlukan jasa airnya. 

Warka pun mendapat upah dari rutinitasnya itu. Begitu pula sang istri, meski tidak mampu melihat, namun setiap hari selalu membuat canang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. 

Untuk membeli bahan baku janur, pasutri ini tetap semangat berjalan kaki sekitar 2 kilometer ke pasar terdekat. Kadang kala, dalam perjalanan ke pasar inilah Nyoman Warka dan Made Tangen mendapat uluran tangan. 

"Kadang di jalan ada yang ngasi sejumlah uang, ya kami terima saja. Syukur berterima kasih ada yang peduli," ujar Warka menambahkan. 

Pasutri tuna netra ini merupakan salah satu keluarga miskin yang sudah mendapatkan program bedah rumah. Pasangan ini dikaruniai putra normal, I Wayan Widiasa, 10 tahun. Saat ini, Wayan Widiasa masih mengenyam pendidikan di SDN 3 Saba. "Sekarang kelas V," ujarnya. 

Oleh karena masih situasi PPKM, sekolah berlangsung secara daring. Wayan Widiasa biasanya dibantu oleh sepupunya saat membuat tugas. Termasuk akses internet, Widiasa sering mencari Wifi di Balai Banjar maupun rumah temannya. Sedangkan HP untuk belajar daring, merupakan sumbangsih dari Sekolah Mahatmia Tabanan. 

Uniknya, Widiasa tidak makan nasi. Sehari-hari hanya kentang dan jagung saja yang bisa masuk ke dalam perut. Menurut ibunya Made Tangen, anaknya semenjak balita sudah trauma makan nasi. 

"Waktu bayi, saya biasa kasi minum air titisan. Begitu agak besaran, dikasi bubur gak mau dimakan. Katanya butiran nasi itu kayak ulat. Jadi sampai sekarang tidak makan nasi," jelas Made Tangen alumni Sekolah Mahatmia Tabanan ini. 

Mengenai kondisi tuna netranya, Made Tangen alami sejak lahir. "Saya lahir tanpa kedua bola mata. Jadi memang tidak bisa melihat sejak lahir sampai sekarang," kenangnya. 

Sampai usia 15 tahun, Made Tangen dibesarkan di kampungnya Desa Taro, Kecamatan Tegallalang. Sebelum akhirnya dia mengenyam pendidikan khusus di Sekolah Driaraba Denpasar dan melanjutkan ke Mahatmia Tabanan. Saat mengenyam pendidikan inilah, Made Tangen bertemu dengan Nyoman Warka. 

"Pertemuan yang sangat singkat. Saat mengikuti seminar pertumbuhan tuna netra di Hotel Graha Pertiwi, kenal sehari langsung diajak nganten," kenangnya.

Editor: Robby Patria

Reporter: bbn/Gin

Banner

Iklan Sponsor



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritagianyar.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Gianyar.
Ikuti kami