search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Calon Gubernur Mulia-PAS Terima Sambutan Hangat dari Cok Ace di Puri Saren Agung Ubud
Jumat, 4 Oktober 2024, 16:50 WITA Follow
image

Calon Gubernur Mulia-PAS Terima Sambutan Hangat dari Cok Ace di Puri Saren Agung Ubud

IKUTI BERITAGIANYAR.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITAGIANYAR.COM, UBUD.

Pasangan calon atau paslon Gubernur dan Wakil Gubernur Bali Nomor Urut 01, Made Muliawan Arya dan Putu Agus Suradnyana (Mulia-PAS) disambut hangat oleh Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati, 

atau biasa disapa Cok Ace di Puri Saren Agung Ubud, Kabupaten Gianyar, Jumat, 4 Oktober 2024 siang. 

Cok Ace yang merupakan Wakil Gubernur Bali masa bakti 2018-2023 yang sebelumnya juga Bupati Gianyar periode 2008-2013 mengajak Paket Mulia-PAS bercengkrama di tengah Puri Saren Agung Ubud sekaligus menikmati hidangan khas Gianyar. 

Kunjungan paslon Mulia-PAS kali ini didampingi Ketua Tim Pemenangan Strategis Mulia-PAS Gede Pasek Suardika (GPS).

Tak hanya Cok Ace, pertemuan dalam suasana penuh kekeluargaan diselingi tertawa lepas itu juga dihadiri Tjokorda Gde Putra Sukawati (kakak kandung Cok Ace) dan Prof. Tjokorda Gde Raka Sukawati (adik kandung Cok Ace). 

Tampak Cok Ace yang merupakan Ketua Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Bali, Konsul Kehormatan Malaysia untuk Bali, Ketua Forum Pengembangan Kawasan Strategis Ubud, 

Ketua Bali Heritage Trust (Lembaga Pelestarian Bali) dan sederet jabatan lainnya menitipkan pesan kepada Mulia-PAS untuk menjaga Bali yang nafasnya adalah agama Hindu dan kebudayaan.

“Sangat hangat dan luar biasa (sambutan Cok Ace, red) selayaknya keluarga. Kita makan di dapur selayaknya keluarga. 

Jadi sudah artinya direstui oleh alam dan direstui oleh Ida Sang Hyang Widhi Wasa,” ucap De Gadjah diwawancarai usai pertemuan tersebut. 

Tertawa lepas yang mewarnai silaturahmi tersebut dimaknai De Gadjah sebagai jalinan komunikasi dari hati ke hati antara seorang ayah dengan anaknya.

“Itu artinya persaudaraan yang no drama. Jadi bisa tertawa lepas,” ungkap calon gubernur milenial berusia 43 tahun itu. 

Senada, Putu Agus Suradnyana sangat berterima kasih karena diterima dalam suasana penuh keakraban di Puri Saren Agung Ubud. 

“Kebetulan Cok Ace adalah dosen saya di Teknik Arsitektur Universitas Udayana dulu. Beliau menitipkan kesepahaman cara pandang tentang bagaimana mempertahankan budaya dari konsep parahyangan, pawongan dan palemahan (Tri Hita Karana, red). 

Beliau sangat luar biasa. Dan menjadikan salah satu contoh bagaimana ke depan apa yang terjadi di Ubud (kemacetan dan permasalahan sosial lainnya, red) bisa diselesaikan sekaligus 

menjaga serta memfiltrasi nilai-nilai budaya luar agar tidak merusak budaya warisan nenek moyang kita. Ini penting karena nafas dari Ubud adalah budaya,” urai Putu Agus Suradnyana. 

Masukan-masukan progresif Cok Ace, khususnya mengenai tata ruang terang Cok Ace akan diakomodasi dalam visi-misi Mulia-PAS. 

“Ini penting bagi Mulia-PAS demi menjaga tata ruang Bali ke depan berbekal konsep-konsep yang diwariskan turun-temurun oleh para pendahulu kita, 

khususnya tentang konsep Tri Hita Karana, parahyangan, pawongan, dan palemahan,” jelas Putu Agus Suradnyana.

Sementara itu, Cok Ace menyampaikan kriteria yang sepatutnya dimiliki sebagai seorang pemimpin Bali yang terutama harus memberikan kesejahteraan bagi masyarakat Bali secara keseluruhan.

"Astungkara tadi apa yang telah saya sampaikan adalah kriteria, astungkara kalau misalnya pakde bisa memenuhi kriteria tersebut tentu pakde akan menjadi pusat perhatian saya dan teman-teman semua. 

Pada intinya pemimpin kedepan bisa memberikan kesejahteran bagi masyarakat bali secara keseluruhan," katanya. 

Menurutnya, Bali sebagai Pulau Dewata memerlukan sejumlah kriteria di mana tentu kriteria pertama yang harus dimiliki pemimpin Bali, 

Intelektualitas, popularitas, dan juga perlu elektabilitas menentukan pemilihan nanti tanggal 27 November nanti. 

"Tapi di atas itu semua, yang mewakili masyarakat kami yang ada di Ubud adalah morality," tutupnya.

Editor: Aka Kresia

Reporter: bbn/Gin

Banner

Iklan Sponsor



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritagianyar.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Gianyar.
Ikuti kami