Antisipasi Alih Fungsi Lahan, Ekosistem Subak di Gianyar Diperkuat

Penjabat Bupati Dewa Tagel Wirasa menerima audensi dari Kemendikbudristek untuk membahas penguatan ekosistem subak.
GOOGLE NEWS
BERITAGIANYAR.COM, GIANYAR.
Keberadaan subak, sistem irigasi tradisional yang telah diakui sebagai warisan budaya dunia, menghadapi ancaman serius akibat alih fungsi lahan.
Faktor-faktor seperti kepungan sarana pariwisata dan kurangnya dukungan terhadap sektor pertanian menjadi penyebab utama permasalahan ini.
Dalam sebuah audiensi antara Penjabat Bupati Gianyar, Dewa Tagel Wirasa, dan Tim Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) RI, terungkap pentingnya penguatan ekosistem subak untuk melindungi dan melestarikan sistem pertanian ini.
Baca juga:
Pencurian di Pura Puseh Desa Adat Tulikup, Gianyar: CCTV dan Monitor Hilang, Kerugian Rp 5 Juta
Irini Dewi Wanti, Direktur Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan Kemendikbudristek, menjelaskan bahwa penguatan ekosistem subak bertujuan untuk memastikan implementasi manajemen efektif terhadap lanskap budaya di Bali.
"Subak menghadapi kerentanan akibat tekanan pembangunan, kurangnya dukungan untuk pertanian tradisional yang ramah lingkungan, dan tingginya konversi lahan," ungkap Irini.
Ia menambahkan bahwa faktor alam, seperti berkurangnya luas lahan dan debit air di Danau Tamblingan, juga berkontribusi terhadap masalah ini.
Selain itu, rendahnya komitmen terhadap konservasi lingkungan dan tingginya tekanan dari sektor pariwisata menjadi tantangan tersendiri.
Sebagai respons terhadap tantangan ini, Kemendikbudristek merumuskan tujuh klaster aktivasi untuk penguatan sistem subak. Pertama adalah aspek budaya, yang bertujuan untuk melestarikan sistem subak dan aspek sosial budaya yang terkait.
Kedua, aspek ekologi, yang fokus pada pelestarian lingkungan alam dan praktik pertanian tradisional yang berkelanjutan.
Klaster ketiga adalah knowledge, yang bertujuan untuk membangun platform pengetahuan mengenai sumber air dan pengelolaannya. Keempat, gastronomi, berfokus pada penghargaan terhadap hasil pertanian lokal melalui promosi kuliner khas Bali.
Kelima adalah sport, yang mempromosikan permainan dan olahraga tradisional.
Selanjutnya, klaster keenam, yaitu entertainment, berusaha menyelenggarakan perayaan dan festival untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya subak. Terakhir, klaster ketujuh adalah publikasi, yang mempromosikan nilai-nilai subak melalui penerbitan akademik dan peliputan media.
Dewa Tagel Wirasa juga menyampaikan dukungannya terhadap pelaksanaan Subak Spirit, yang akan diluncurkan pada 9 November mendatang di Jatiluwih. Ia menekankan pentingnya inovasi dalam meningkatkan nilai tambah bagi petani.
Contohnya, di Subak Pulagan Tampaksiring, jalur trekking dan bersepeda akan dikembangkan dengan menerapkan tarif masuk, sehingga petani dapat memperoleh pendapatan tambahan.
Dengan langkah-langkah tersebut, diharapkan keberlangsungan subak di Gianyar dapat terjaga, serta memberikan manfaat bagi masyarakat dan lingkungan.
Editor: Aka Kresia
Reporter: bbn/Gin