search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Yayasan Ketut Alon Gelar Sarasehan 'Mlajah Jumah' untuk Penguatan Pendidikan Karakter Anak
Kamis, 20 Maret 2025, 22:06 WITA Follow
image

Yayasan Ketut Alon Gelar Sarasehan 'Mlajah Jumah' untuk Penguatan Pendidikan Karakter Anak

IKUTI BERITAGIANYAR.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITAGIANYAR.COM, UBUD.

Yayasan Pendidikan Ketut Alon sukses menggelar sarasehan bertajuk Mlajah Jumah atau belajar di rumah yang berlangsung di TP Pendidikan Sarin Rare pada Kamis (20/3/2025).

Acara ini dihadiri oleh dua guru besar UHN IGB Sugriwa, perwakilan Dinas Pendidikan Provinsi Bali, Plt Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Gianyar, serta sejumlah akademisi, pemerhati anak, dan yayasan pendidikan.

Kadek Ariasa, Pengurus Yayasan Ketut Alon, menekankan pentingnya wantilan sebagai bengkel pendidikan karakter anak.

“Wantilan bisa dipinjam untuk acara anak dan menjadi ruang bagi pengembangan pendidikan karakter mereka,” ujarnya.

Plt Kepala Dinas Pendidikan Gianyar, Made Mawa, mengapresiasi inisiatif ini. Ia menyoroti pentingnya pendidikan usia dini dalam membangun fondasi karakter yang kuat.

“Usia emas anak-anak adalah masa membangun pondasi pendidikan. Jika ada kekeliruan di tahap ini, dampaknya akan terasa di masa depan,” kata Mawa.

Ia juga menegaskan bahwa keluarga merupakan fondasi utama dalam membentuk karakter anak, dan konsep Mlajah Jumah diharapkan dapat menyatukan pemahaman dalam mendidik anak usia dini.

Prof. Nyoman Sueca, guru besar UHN IGB Sugriwa, menyoroti pentingnya konsep Tri Hita Karana dalam pendidikan karakter.

“Anak itu seperti kertas putih. Jika diwarnai dengan hal-hal baik, mereka akan tumbuh menjadi pribadi yang baik,” ungkapnya.

Menurutnya, orang tua harus lebih aktif dalam mendidik anak dan tidak membiarkan mereka terlalu lama terkurung di kamar dengan gawai.

“Pendidikan karakter harus ditanamkan sejak dini, dengan nilai-nilai seperti kejujuran, tanggung jawab, empati, dan gotong royong,” tambah Prof. Sueca.

Prof. Made Surada dari UHN Sugriwa menyoroti tantangan pendidikan formal yang semakin bergantung pada kuliah daring. Ia menyebut fenomena ini sebagai on-onan dan len-len (malas dan lain-lain).

“Anak-anak sekarang kekurangan karakter, dan seringkali orang tua takut pada anak. Ini tantangan besar karena pendidikan karakter seharusnya menjadi tanggung jawab penuh orang tua,” katanya.

Ia juga mengingatkan pentingnya mendidik anak berdasarkan ajaran Weda, yakni tatwa, susila, dan acara, serta melibatkan keluarga dan lingkungan dalam proses pendidikan.

Kabid Pembinaan Dinas Pendidikan Provinsi Bali, Ngurah Pasek Wira Kusuma, menyoroti upaya pemerintah dalam meningkatkan karakter anak melalui portal Bali Mlajah.

“Kami terus bekerja untuk menanggulangi kekerasan fisik dan perundungan di satuan pendidikan. Sinergi antara dinas pendidikan dan satuan pendidikan sangat diperlukan,” jelasnya.

Sarasehan ini ditutup dengan harapan bersama untuk menciptakan generasi muda yang berkarakter kuat, berbudi pekerti luhur, dan siap menghadapi tantangan masa depan.

Editor: Aka Kresia

Reporter: bbn/Gin



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritagianyar.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Gianyar.
Ikuti kami