Piodalan Purnamaning Kapat di Cong Poo Kong Bio dan Pura Sri Sedana
GOOGLE NEWS
BERITAGIANYAR.COM, GIANYAR.
Setiap Purnamaning Kapat, Piodalan digelar di Cong Poo Kong Bio dan Pura Sri Sedana, Gianyar, sebagai bentuk akulturasi budaya dan agama yang harmonis antara tradisi Konghucu dan Hindu Bali.
Upacara ini telah berlangsung selama puluhan tahun, mencerminkan kerukunan dan kebersamaan masyarakat setempat.
Piodalan ini dipimpin oleh pemuka agama dari kedua kepercayaan. Bio Kong Sony Cendrawan memimpin upacara di Cong Poo Kong Bio (konco),
sementara Pura Sri Sedana dipuput oleh Ida Pedanda Gede Manuaba dari Griya Kekeran, Pasdalem.
Tradisi ini memperlihatkan bagaimana dua agama bisa saling menghormati dan berbagi tempat dalam ritual keagamaan.
Sebelum puncak Piodalan, sejumlah tarian tradisional dipersembahkan. Tarian seperti Rejang Dewa, Baris Gede, Rejang Renteng, Rejang Sari,
Baca juga:
Semarak Lampu Disko di Jalan IB Mantra Siyut, Satpol PP Gianyar Selidiki Dugaan Prostitusi
Tari Topeng, dan Sidakarya ditampilkan oleh Pemaksan Konco bersama warga Lingkungan Sangging, menunjukkan semangat gotong royong dalam menjaga tradisi budaya setempat.
Cong Poo Kong Bio menjadi tempat ibadah bagi berbagai pemeluk agama yang ingin berdoa, termasuk umat Konghucu dan warga lain yang berkeyakinan. Dewa-dewa yang dipuja di sini antara lain:
Desa Cong Poo Kong (Dewa Perdagangan), Dewa Kwan Kong (Dewa Keadilan), Dewa Tan Hu Sin Jin (Dewa Arsitektur), dan Dewa Cai Sen Ya (Dewa Kekayaan).
Baca juga:
Kemarau Panjang Picu Krisis Air di Desa Saba, Warga Andalkan Distribusi Air dari Truk Tangki
Menurut Ketua Pemaksan Cong Poo Kong Bio dan Pura Sri Sedana, Gede Sugiharta, jumlah pemaksan di konco ini mencapai sekitar 120 KK,
sebagian besar adalah warga Tionghoa yang berdomisili di Kecamatan Gianyar. Meski didirikan oleh komunitas Konghucu, tempat ibadah ini terbuka untuk masyarakat dari berbagai keyakinan.
Gede Sugiharta menegaskan bahwa Cong Poo Kong Bio bukan hanya milik umat Konghucu, tetapi juga menjadi tempat beribadah bagi siapa saja yang berkeinginan untuk melakukan persembahyangan di sini.
Hal ini menjadi simbol dari kerukunan antar umat beragama yang telah terjalin di Gianyar selama bertahun-tahun.
Acara puncak Piodalan ini dilangsungkan pada Kamis (17/10) dan dihadiri oleh masyarakat setempat, termasuk warga Tionghoa dan Hindu, yang bersama-sama merayakan harmoni dan kebersamaan dalam tradisi yang kaya akan nilai-nilai spiritual.
Editor: Aka Kresia
Reporter: bbn/Gin